Selasa, 27 November 2012

Analisis Transaksional


“TRANSAKSIONAL ANALISIS”



DISUSUN OLEH :
1.                  Adhi Sukamdani                   1105095049
2.                  Ali Firdaus                             1105095037
3.                  Afina Hayyinun                     1105095008
4.                  Anggun Safitri                       1105095001
5.                  Anugrah Sempati                  1105095031
6.                  Dina Sonya Tambunan        1105095020
7.                  Gina Puspita Sari                  1105095041
8.                  Pratiwi Handayani                1105095046

KELAS : A PAGI (REGULER)
DOSEN PENGAJAR : Rahman, S.Pd, M.Pd


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2012



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Transaksional Analisis (TA) dipelopori oleh Eric Berne dan di uraikan dalam beberapa buku yang dikarang oleh Berne sendiri, seperti Games People Play (1964), atau dikarang oleh orang lain, seperti Thomas A. Harris dalam buku I’m Ok-You’re Ok (1969). TA menekankan pada pola interaksi antara orang-orang baik yang verbal maupun yang nonverbal.
            TA paling efektif digunakan dalam konseli yang berkelompok karena  konselor mendapat kesempatan untuk langsung mengamati pola-pola interaksi antara seluruh anggota kelompok, tetapi tidak menutup kemungkinan, TA juga dapat digunakan untuk konseli yang individu, sebagai ilustrasi kisah konseli yang individual yang dapat dikaji dengan TA sebagai berikut :
            Masa kecil Anggie seorang perempuan yang saat ini berumur 22 tahun sangat tidak bahagia. Ketika berumur 8 tahun didepan matanya ia sering melihat ayahnya memukuli ibunya, sehingga orang tuanya selalu bertengkar hebat dan akhirnya orang tuanya bercerai diakibatkan Ibunya sudah tidak tahan lagi dengan kekerasan yang dilakukan Ayahnya.

            Tanpa disadari dalam pola pikir Anggie timbul sebuah trauma yang mengakibatkan dia membenci laki-laki, sehingga dia hanya berteman dengan teman perempuan saja, dan sampai pada akhirnya dia mengalami kelainan seks (lesbi) yaitu menyukai sesama jenisnya hingga umurnya yang sekarang.



B.     Rumusan Masalah
-          Bagaimana memberikan kesadaran pada diri Anggie dengan menggunakan pendekatan Transaksional Analisis?

C.    Tujuan
-          Untuk memberikan kesadaran pada diri Anggie dengan menggunakan pendekatan Transaksional Analisis

D.    Manfaat
-          Bagi Konseli, memberikan kesadaran diri bahwa apa yang menjadi keputusannya selama ini tidak layak untuk menjadi suatu jalan hidupnya
-          Bagi Orang tua, Memberikan pelajaran agar lebih memperhatikan kondisi psikis anaknya ketika terlibat pertengkaran diantara mereka (suami-istri).
-          Bagi Konselor, Menjadi sebuah upaya pemantapan diri khususnya dalam bidang keprofesionalisme diri pada konselor dalam menghadapi konseli dengan menggunakan pendekatan Transaksional Analisis.
-          Bagi Pembaca, memberikan informasi agar bisa membantu pembaca menyelesaikan masalah jika menghadapi masalah yang pernah dialami oleh anggie






BAB II
DASAR TEORI
A.    Pengertian Transaksional Analisis
Secara singkat Berne mendefinisikan pengertian dari analisis transaksi sebagai: “Ein Transaktions-Stimulus plus eine Transaktions-Reaktion” (Joines dalam Eschenmoser, 2008:23). Pernyataan ini berarti bahwa sebuah transaksi terdiri dari sebuah stimulus dan sebuah reaksi. Dengan kata lain, syarat terbentuknya sebuah transaksi adalah adanya hubungan timbal balik antara stimulus yang diungkapkan penutur dan respon yang diungkapkan oleh lawan bicaranya. Selanjutnya Berne (2009:10) menyatakan bahwa: “Analisis transaksi sederhana mendiagnosa bagaimana ego state mempengaruhi stimulus dan respon transaksi yang diungkapkan oleh masing-masing individu”.
 Memperjelas pernyataan Berne ini, Eschenmoser (2008:23) kemudian menambahkan keterangan mengenai objek transaksinya, yaitu: “Hal yang dipertukarkan atau yang menjadi objek dalam sebuah transaksi adalah ungkapan dalam bentuk bahasa verbal maupun nonverbal.

Berdasarkan ketiga pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis transaksi merupakan analisis hubungan antara stimulus dan respon yang diungkapkan dengan bahasa verbal maupun nonverbal oleh beberapa individu yang masing-masing memiliki ego state tersendiri.

B.     Konsep Dasar
     Ciri khas dari TA (Transaksional Analisis) ini adalah sifat praktisnya. Seandainya ada makhluk dari Mars turun di atas bumi untuk mengenal manusia bumi apakah yang akan diperbuat? Dia tidak mengenal bahasanya. Satu-satunya cara adalah mengamati bagaimana manusianya berkomunikasi dan bagaimana pengaruhnya terhadap perilakunya. Itulah persis yang menjadi pusat perhatian TA.
     Secara Sederhana TA merupakan sebuah sarana untuk mengenal diri sendiri dan orang lain: mengapa demikian? Mengapa dia berbuat demikian? Analisis yang praktis ini bermanfaat untuk lebih memahami hubungan, atau transaksi antar manusia. Dan analisis transaksi antar manusia ini dinamakan Transaksional Analisis

C.    Siapa Tokohnya
     Transaksional Analisis dikembangkan oleh dokter jiwa yang bernama Erick Berne antara 1950-1960 di Amerika sebagai sebuah psikiatri sosial. Sebagai dokter  jiwa angkatan perang Amerika Berne pernah ditugaskan untuk memeriksa kesehatan jiwa dari ratusan prajurit.
     Dengan melihat banyaknya prajurit yang akan diperiksa kesehatan jiwanya akan menghabiskan waktu yang lama bila pemeriksaan ini dilakukan secara tradisional. Oleh karena itu, Berne menggunakan cara baru yang dalam waktu 40-90 detik dapat menentukan apakah seorang prajurit cukup sehat secara psikologis untuk melakukan tugas ketentaraan. Ketika hasilnya dicek dan dibandingkan dengan ilmu jiwa yang biasa, ternyata hampir tidak ada perbedaan.
     Dengan kejadian ini Erick Berne mulai mengembangkan terapi yang baru dibidang kedokteran jiwa. Menerut Berne, cara terapi yang biasa digunakan memakan waktu yang terlalu lama dan belum tentu berhasil. Oleh karena itu, Berne mencari cara yang praktis untuk menyembuhkan orang yang memerlukan terapi psikologis. Dengan demikian dikembangkan sebuah terapi yang kemudian dinamakan TA (Indonesia = Analisis Transaksional).

D.    Hakikat Pandangan Tentang Manusia
     TA berakar pada suatu filsafat yang anti deterministik serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemprograman awal. Di samping itu, TA berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang-orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya dan bahwa orang-orang mampu memilih untuk memutuskan ulang.
     TA meletakkan kepercayaan kepada kesanggupan individu untuk tampil di luar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.

     Hal ini tidak menyiratkan orang-orang terbebas dari pengaruh kekuatan-kekuatan sosial, juga tidak berarti bahwa orang-orang sampai pada putusan-putusan hidupnya yang penting itu sepenuhnya oleh dirinya sendiri, tetapi, bagaimanapun individu dipengaruhi oleh harapan-harapan dan tuntutan-tuntutan dari orang lain yang berarti, dan keputusan dininya pun dibuat ketika hidup mereka sangat bergantung pada orang lain, dan keputusan-keputusan tersebut dapat ditantang jika keputusan tersebut tidak layak lagi untuk dirinya, maka akan dibuat keputusan baru.
     Dalam buku yang berjudul I’m Ok-You’re Ok(1969) yang dikarang oleh Thomas A. Harris, ada 4 sikap hidup terhadap diri sendiri dan orang lain, yaitu :
a.       I am okay – you are okay, yaitu sikap hidup seseorang yang mampu mengatur dirinya dengan baik dan membina kontak sosial yang memuaskan.
b.      I am Okay – you are not okay, yaitu sikap hidup sesorang yang melimpahkan kesukaran-kesukarannya sendiri pada orang lain dan menyalahkan orang lain. Dia bersikap sombong dan menjauhkan diri dari orang lain.
c.       I am not okay – you are okay, yaitu sikap hidup seseorang yang merasa depresif dan tak berdaya, dibanding dengan orang lain. Dia cenderung untuk mengasingkan diri atau melayani orang lain demi mendapatkan pengakuan dan simpati.
d.      I am not okay – you are not okay, yaitu sikap hidup seseorang yang menyerah saja, tidak mempunyai harapan dan membiarkan dirinya dibawah oleh pasang surut kehidupan.
Tujuan Transaksional Analisis
            Analisis Transaksional merupakan psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok dalam terapi kelompok. TA melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh konseli, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. Membantu konseli dalam rangka membuat keputusan barunya tentang tingkah lakunya sekarang  yang diarahkan pada kehidupannya. Caranya : dengan jalan membantu konseli mendapatkan kesadaran tentang bagaimana menghadapi masalahnya yang berkaitan dengan kebebasan memilih dan memberikan pilihan untuk menentukan cara hidupnya. Mengganti cara hidup yang otomatis dengan kesadaran, spontanitas, dan keakraban dengan jalan memanipulasi permainan dan naskah hidup yang menyalahkan diri atau mengalah Harris (Corey, 1982), tujuan : membantu konseli agar mempunyai kebebasan memilih, kebebasan untuk berubah dan berganti respon terhadap rangsang yang baru dengan cara mengenal menggunakan 3 pola perilaku atau perwakilan ego yang terpisah :
1.      Parent ego-state
        Ego orang tua adalah bagian kepribadian yang merupakan proyeksi dari orang tua atau dari substitute orang tua. Jika ego orang tua itu dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita adalah perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa dan bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaan dan tindakan orang tua kita terhadap diri kita. Ego orang tua berisi perintah-perintah “harus” dan “semestinya”. Orang tua dalam diri kita bisa “orang tua pemelihara” atau “orang tua pengeritik”


2.      Adult ego-state
        Orang dewasa adalah pengelola data dan informasi. Ia  adalah bagian objektif dari kepribadian dan juga menjadi bagian dari kepribadian yang mengetahui apa yang sedang terjadi. Ia tidak emosioanal dan tidak menghakimi, tetapi menangani fakta-fakta dan kenyataan eksternal. Berdasarkan informasi yang tersedia, ego Orang Dewasa menghasilkan pemecahan yang paling baik bagi masalah tertentu
3.      Child ego-state
Ego anak berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan dan tindakan-tindakan spontan. “Anak” yang ada dalam diri kita bisa berupa “Anak Alamiah”, “Professor Cilik”, atau berupa “Anak yang Disesuaikan”. Anak Alamiah adalah anak yang impulsif, tak terlatih, spontan dan ekspresif. Profesor Cilik adalah kearifan yang asli dari seorang anak. Ia manipulatif dan kreatif. Ia adalah bagian dari ego anak yang intuitif, bagian yang bermain di atas firasat-firasat. Anak yang Disesuaikan menunjukkan suatu modifikasi dari anak alamiah. Modifikasi-modifikasi dihasilkan oleh pengalaman-pengalaman traumatik, tuntutan-tuntutan, latihan dan ketetapan-ketetapan tentang bagaimana caranya memperoleh belaian


E.     Teknik Yang Di Gunakan
     Dalam praktek TA, teknik-teknik yang digunakan adalah dari berbagai sumber, terutama dari terapi gestalt. Untuk melakukan terapi dengan pendekatan TA menurut Harris dalam penjelasan Corey (1988) treatment individu-individu dalam kelompok adalah memilih analisis-analisis transaksional, menurutnya fase permulaan TA sebagai suatu proses mengajar dan belajar serta meletakan pada peran didaktik terapis kelompok. Konsep-konsep TA beserta tekniknya sangat relevan diterapkan pada situasi kelompok, meskipun demikian penerapan pada individu juga dianggap boleh dilakukan.
     Beberapa manfaat yang dapat diperoleh, bila digunakan dengan pendekatan kelompok. Pertama, berbagai ego Orang Tua mewujudkan dirinya dalam transaksi-transaksi bisa diamati. Kedua, karakteristik-karakteristik ego anak pada masing-masing individu di kelompok bisa dialami. Ketiga, individu dapat mengalami dalam suatu lingkungan yang bersifat alamiah, yang ditandai oleh keterlibatan orang lain. Keempat, konfrontasi permainan yang timbal-balik dapat muncul secara wajar. Kelima, para konseli bergerak dan membaik lebih cepat dalam treatment kelompok.
     Prosedur pada TA dikombinasikan dengan terapi Gestalt, seperti yang dikemukakan oleh James dan Jongeward (1971) dalam Corey (1988) dia menggabungkan konsep dan prosedur TA dengan eksperimen Gestalt, dengan kombinasi tersebut hasil yang diperoleh dapat lebih efektif untuk mencapai kesadaran diri dan otonom. Sedangkan teknik-teknik yang dapat dipilih dan diterapkan dalam TA, yaitu;
1.      Analisis struktural, para konseli akan belajar bagaimana mengenali ketiga perwakilan ego-nya, ini dapat membantu konseli untuk mengubah pola-pola yang dirasakan dapat menghambat dan membantu konseli untuk menemukan perwakilan ego yang dianggap sebagai landasan tingkah lakunya, sehingga dapat melihat pilihan-pilihan.
2.      Metode belajar, analisis transaksional berdasarkan pada aspek kognitif, maka dalam hal ini metode belajar merupakan dasar bagi pendekatan terapi ini. Anggota kelompok pada terapi ini diharapkan mampu untuk kenal dengan analisis struktural dan memahami peran ego masing-masing. Analisis transaksional, adalah penjabaran dari yang dilakukan orang-orang terhadap satu sama lain, sesuatu yang terjadi diantara orang-orang melibatkan suatu transaksi diantara perwakilan ego mereka, dimana saat pesan disampaikan diharapkan ada respon. Ada tiga tipe transaksi yaitu; komplementer, menyilang, dan terselubung.
3.      Permainan peran, prosedur-prosedur TA dikombinasikan dengan teknik psikodrama dan permainan peran. Dalam terapi kelompok, situasi permainan peran dapat melibatkan para anggota lain. Seseorang anggota kelompok memainkan peran sebagai perwakilan ego yang menjadi sumber masalah bagi anggota lainnya, kemudian dia berbicara pada anggota tersebut. Bentuk permainan yang lain adalah permainan menonjolkan gaya-gaya yang khas dari ego Orang Tua yang konstan.
4.      Analisis upacara, hiburan, dan permainan, TA meliputi pengenalan terhadap upacara (ritual), hiburan, dan permainan yang digunakan dalam menyusun waktunya. Penyusunan waktu adalah bahan penting bagi diskusi dan pemeriksaan karena merefleksikan keputusan tentang bagaimana menjalankan transaksi dengan orang laindan memperoleh perhatian.
5.      Analisa skenario, kekurangan otonomi berhubungan dengan keterikatan individu pada skenario atau rencana hidup yang ditetapkan pada usia dini sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya di dunia sebagaimana terlihat dari titik yang menguntungkan menurut posisi hidupnya. Skenario kehidupan, yang didasarkan pada serangkaian keputusan dan adaptasi sangat mirip dengan pementasan sandiwara.


F.     Kelebihan dan Kelemahan Dalam Pendekatan Analisis Transaksional
Kelebihan Pendekatan Transaksional Analisis  menurut Gerald Corey, yaitu sebagai berikut :
1.      Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.
2.      Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka apakah layak untuk digunakan atau tidak lagi kepada kondisi konseli yang sekarang.
3.      Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan konsep tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain. Bab ini menyoroti perluasan pendekatan Berne oleh Mary dan Robert Goulding (1979), pemimpin dari sekolah redecisional TA. The Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian klasik dalam beberapa cara. Mereka telah digabungkan TA dengan prinsip-prinsip dan teknik-teknik terapi Gestalt, terapi keluarga, psikodrama, dan terapi perilaku. Pendekatan yang redecisional pengalaman anggota kelompok membantu kebuntuan mereka, atau titik di mana mereka merasa terjebak. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka membuat keputusan sebelumnya, beberapa di antaranya tidak fungsional, dan mereka membuat keputusan baru yang fungsional. Redecisional terapi ini bertujuan untuk membantu orang menantang diri mereka untuk menemukan cara-cara di mana mereka menganggap diri mereka dalam peran dan victimlike untuk memimpin hidup mereka dengan memutuskan untuk diri mereka sendiri bagaimana mereka akan berubah.
4.      Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri

Kelemahan Pendekatan Transaksional Analisis Menurut Gerald Corey, 1982: 398) adalah sebagai berikut yaitu :
1.      Banyak Terminologi atau pembendaharaan kata yang digunakan dalam Analisis Transaksional cukup membingungkan.
2.      Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
3.      Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya
4.      Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.




BAB III
PEMBAHASAN
                               
Tahap-tahap penyelesaian masalah
a.     Analisis
·         Tingkah Laku Sosial
      Anggie seorang gadis remaja yang berumur 22 tahun. Ia adalah seorang gadis yang tertutup (introved) dan dan sulit untuk bersosialisasi, sekarang ia hanya tinggal dengan ibunya, menurut ibunya ia adalah anak yang pendiam,  kurang pergaulan dan bersikap dingin. Dalam kesehariannya dia jarang terlihat bergaul dengan laki-laki. Dia lebih sering bergaul dengan teman perempuanya. Walaupun seperti itu menurut temannya, Anggie merupakan teman yang perhatian terhadap kondisi mereka. Selain itu menurut masyarakat ia adalah anak yang cuek karena bila bertemu jarang menyapa, terutama terhadap remaja laki-laki disekitar rumahnya.

·         Keadaan fisik
     Gadis yang berusia 22 tahun ini, tergolong wanita idaman pria. Dia memiliki rambut ikal berwarna pirang yang terurai, memiliki hidung yang cukup mancung, sorot matanya yang tajam cocok dengan bentuk bibirnya yang sensual. Dia juga memiliki tinggi 160 cm dengan berat badan 49 kg, bentuk badannya ideal untuk wanita pada umumnya tidak terlalu gemuk dan juga tidak terlalu kurus.Warna kulitnya kuning langsat mulus tanpa bulu.
     Seumur hidupnya ia tidak memiliki riwayat penyakit yang dikategorikan parah bagi fisiknya, dia juga tidak memiliki kekurangan sedikit pun dalam keadaan fisiknya.


·         Keadaan keluarga
     Seperti yang telah dipaparkan pada bagian pendahuluan, Anggie merupakan anak tunggal dari korban broken home. Menurut ceritanya, sewaktu kecil ayahnya sering memukul ibunya, hal tersebut itulah yang menyebabkan ketakutannya terhadap pria sampai sekarang ini. Keluarganya termasuk keluarga yang sederhana, yang dapat dilihat dari pekerjaan ibunya yaitu seorang pegawai swasta di perusahaan batu bara ternama yang ada Samarinda. Karena hal itulah anggie kekurangan perhatian dari orang tuanya, semua hal yang berhubungan dengan anggie baik dalam hal pendidikan, pekerjaan, dan cita-cita, semua ditentukan oleh ibunya tanpa melihat perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anaknya
     Untuk saat ini Anggie hanya tinggal bersama ibunya, dalam pandangan ibunya, anggie termasuk anak yang patuh terhadapnya.
    
·         Kemajuan akademis
     Berdasarkan data yang dikumpulkan, Anggie merupakan anak yang cerdas, ia anak yang tidak mau tersaingi terutama oleh kaum laki-laki sekelasnya. Dirumah pun ia sering belajar secara otodidak. Tak heran sudah berapa kali ia mengikuti kompetisi prestasi khususnya dalam olimpiade sains.
    
b.    Sintesis
·         Tingkah Laku Sosial
Dilihat dari segi tingkah laku, Anggie adalah anak yang pendiam dan tertutup (introved), walaupun seperti itu ia anak yang dinilai oleh temannya sebagai teman yang perhatian.
·         Keadaan fisik
Secara umum anggie adalah sosok yang sangat menarik bagi kaum pria dan seumur hidupnya ia tidak pernah mengidap penyakit yang dikategorikan parah
·         Keadaan Keluarga
Anggie merupakan anak tunggal dari keluarga broken home. Menurut ceritanya, sewaktu kecil ayahnya sering memukul ibunya, hal tersebut itulah yang menyebabkan ketakutannya terhadap pria sampai sekarang ini.
·         Kemajuan Akademis
Tak heran ia merupakan anak yang cerdas, karena ia selalu belajar secara otodidak setiap harinya dan prestasi yang bisa dikatakan diatas rata-rata untuk remaja seusianya.

c.      Diagnosis
          Dari data sintesis yang telah diterima dan dipelajari masalah yang dihadapi Anggie adalah ketakutan terhadap pria diakibatkan karena trauma masa lalu dari ayahnya yang dulu sering melakukan kekerasan dengan memukul ibunya, sehingga timbul keputusannya untuk tidak bergaul dengan lawan jenis.
d.    Prognosis
      Berdasarkan data diagnosis di atas, langkah awal yang dilakukan untuk alternatif ialah mencoba mendekati Anggie, dan mencoba akrab dengannya, disini fungsi pemberian perasaan keibuan akan bermain agar konseli merasa diperhatikan. Dan mengarahkan Anggie untuk membuka diri terhadap lawan jenis. Lalu mengajak sahabat anggie untuk membantu membuka diri terhadap lawan jenis.





e.      Treatment
            Konseling I
(tok tok tok) konseli mengetuk pintu.
Konseli            : Selamat pagi bu,”
Konselor          : selamat pagi, mba. Mari silakan masuk.
Konseli            : Iya, bu. Terima kasih. (konseli pun masuk kedalam ruangan)
Konselor          : silakan duduk, mba. Gimana kabarnya hari ini?
Konseli            : Baik, bu.
Konselor          : Hari ini ada kuliah kah?
Konseli            : Iyaa, bu. Ini barusan selesai kuliah.
Konselor          : sudah makan siang?
Konseli            :Sudah, bu.
Konselor          : apa ada yang bisa ibu bantu?
Konseli            : emm.... (menunduk terdiam)
Konselor          : Bagaimana kuliahnya? Apa baik-baik saja?
Konseli            : Sejauh ini sih baik-baik saja bu, hanya sajaa........
Konselor          : iyaa...
Konseli            : ada beberapa dosen yang kurang berkenan dihati saya.
Konselor         : oo, begitu. Hal seperti memang biasa dalam dunia perkuliahan. Karena seperti yang kita tau setiap dosen memiliki karakter yang berbeda. Dosen kan juga manusia. (sambil tersenyum)
Konseli            : iyaa, bu. Sebenarnya itu bukan hal utama saya datang kesini.
Konselor         : Lalu?
Konseli            : emm saya bingung, bu (sambil menunduk). Saya malu...
Konselor         : bingung kenapa? Ga perlu malu, disini kan hanya ada ibu dan kamu(berusaha meyakinkan konseli dan duduk mendekati konseli)
Konseli            : saya bingung mau mulai dari mana untuk bercerita (sambil tetap terus menunduk).
Konselor         : (mengelus pundak konseli sambil tersenyum) apa yang membuatmu gundah?
Konseli            : saya manusia hina, bu. (mulai menangis)
Konselor         : mengapa berbicara seperti itu?
Konseli            : memang seperti itu kenyataannya, bu. Saya jijik dengan diri saya sendiri, bu.
Konselor         : (mencoba menenangkan) ya sudah, sekarang kamu tenangin diri dulu. (smbil mengambilkan air minum)
Beberapa menit kemudian, konselor kemudian mulai membuka pembicaraan.
Konselor         : Ya sudah, begini saja. Kalau kamu sudah siap untuk cerita, kamu bisa datang kesini lagi. Mungkin saat ini kamu belum siap untuk cerita.
Konseli            : Iyaa, bu. Maaf karena sudah merepotkan ibu. Dan terima kasih karena sudah mau mendengarkan tangisan saya. Nanti kalau saya udah siap, saya akan kesini lagi bu.
Konselor         : iyaa, sama-sama. Silahkan datang kesini jika kamu mau. Tetap semangatt dan jaga kesehatan yaa..
Konseli            : iyaa bu, saya pulang dulu..
Konseli            : iyaa, hati-hati yaa..

Konseling II
Setelah beberapa hari Anggie menelpon konselor untuk membuat janji. Konselor menawarkan untuk bertemu Anggie . Namun konselor meminta untuk bertemu diruangan konseli saja karena konseli malu jika berbicara diluar.
Konseli            : maaf bu jika saya mengganggu ibu lagi hari ini....
Konselor          : iyaa, ibu ga apa-apa kok. Ayo silahkan duduk..
Konseli            : iyaa bu, terima kasih.
Konselor          : bagaimana kabarnya hari ini?
Konseli            : baik, bu. Meskipun sebenarnya sangat tidak baik L
Konselor            : J (tersenyum). Apa sebenarnya yang membuatmu merasa tidak baik?
Konseli              : sayaa bingung, bu. Saya malu, bu. Sa..saa..yaa... seorang lesbi (sambil terbata)
Konselor         : (mencoba untuk biasa seolah lesbi itu adalah hal yang biasa) memang kenapa kalau kamu seorang lesbi?
Konseli            : saya maluu, bu. Saya merasa bahwa saya adalah sampah masyarakat
Konselor         : (senyum) mengapa berbicara seperti itu? Manusia itu adalah makhluk Tuhan yang paling baik dan sempurna. Kamu manusia bukan sampah seperti yang kamu bayangkan..
Konseli            : (menangis terseduh) saya sebenarnya tidak ingin seperti ini lagi,bu. Tetapi saya sudah terbiasa dengan perilaku ini. Menurut ibu apa yang harus saya lakukan?
Konselor         : Sebenarnya, menurut kamu laki-laki itu apa? Apa sih sebenarnya  yang membuat kamu trauma dari laki-laki itu?
Konseli            : Saya trauma dengan laki-laki sejak saya melihat ibu saya sering dipukuli dengan ayah saya sewaktu itu. Hingga sampai saat ini menurut saya laki-laki itu sama. Sama-sama suka menyakiti wanita dan memukul wanita.
Konselor         : Sebenarnya laki-laki itu berbeda tergantung bagaimana cara kita memandang seseorang itu. Mungkin ayah kamu adalah salah satu dari laki-laki yang menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan, tetapi banyak di luar sana laki-laki yang menyelesaikan masalahnya dengan hati. Tidak semua laki-laki itu sama.
Konseli            : Tapi mengapa ayah saya tidak seperti itu,bu?
Konselor         : Mungkin saja ayah kamu sudah terbiasa dengan menyelesaikan masalah menggunakan kekerasan, sehingga ketika menyelesaikan masalah dengan ibumu terbawa kebiasaanya tetapi jauh di lubuk hatinya tidak ada niat sama sekali untuk menyakiti ibumu, dia hanya ingin semua masalah yang ada selesai.
Konseli            : jadi apa yang harus saya lakukan sekarang,bu?
Konselor         : Mulailah membuka diri terhadap siapa pun baik laki-laki maupun perempuan, kenali mereka terlebih dahulu karena tidak semua laki-laki mempunyai kebiasaan yang sama.
Konseli            : Tapi saya masih sedikit takut untuk mendekati laki-laki karena saya takut untuk disakiti seperti ibu saya dulu?
Konselor         : Tenang..berfikirlah positif, teman laki-lakimu tidak akan menyakitimu. Justru mereka akan menjagamu. Cobalah dulu
Konseli            : Baiklah,bu saya akan mencobanya
Konselor         : Okee.. teruslah berusaha. Ibu yakin kamu pasti bisa.

Konseling III
Setelah seminggu kemudian, konseli datang lagi kepada konselor untuk menceritakan kembali masalahnya setelah dia berteman dengan laki-laki.
Konseli            : (tok..tok..tok..) permisi bu. Apa ibu ada waktu untuk hari ini?
Konselor          : (sambil melihat jam dinding) Untuk jam ini saya ada waktu, tapi sekitar                setengah jam lagi saya ada waktu.
Konseli              : Oh..tidak papa,bu. Saya ingin menceritakan masalah saya seminggu yang lalu,bu. Alhamdulillah saya bisa menerima teman laki-laki sedikit demi sedikit.
Konselor            : Syukur lah kalau begitu, jika itu baik menurut kamu teruskan lah.. teruslah membuka diri terhadap siap pun, kenali mereka dahulu. Lalu bertemanlah dengan mereka yang dapat membantu kamu menuju arah yang lebih positif
Konseli            : baik,bu.. terima kasih atas nasihat ibu waktu itu. Saya ucapkan terima       kasih banyak,bu.
Konselor          : sama-sama,nak. Terima kasih kembali.



f.      Follow Up
    Setelah melakukan proses konseling, antara konselor dan konseli membuat perjanjian bahwa dalam beberapa bulan Anggie akan datang kembali dan diharapkan anggie bisa berubah.
     Dan beberapa bulan kemudian Anggie pun datang dengan seorang laki-laki dan ia mengakui bahwa laki-laki tersebut adalah pacarnya

















BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
-          Dari hasil proses konseling yang dilakukan terhadap Anggie, pada akhirnya Anggie pun berubah menjadi wanita seutuhnya.
-          Anggie dapat mengubah keputusan terdahulu yang telah menjadi kebiasaannya menjadi keputusan baru yang layak bagi kehidupannya.
-          Konselor berpusat pada keputusan masa lalu Anggie yang menjadi kebiasaan, dan memberikan pandangan bahwa tidak semua laki-laki  berperilaku seperti apa yang dilakukan pada ibunya.




B.     Saran
1.      Untuk Konseli
          Agar menjadi pelajaran berharga bagi Anggi untuk tidak mengambil keputusan seperti itu lagi, dan bisa memperbaiki kehidupannya kedepan.
2.      Untuk Orang tua
          Agar orang tua melihat bagaimana perkembangan anaknya ketika ada pertengkaran diantara mereka, sehingga efek trauma psikis dapat diperkecil misalnya saja ketika sedang bertengkar anak harus dijauhkan supaya tidak mendengar pertengkaran mereka.
3.      Untuk Konselor
          Mohon untuk para calon konselor khususnya yang sekarang sedang ada di perguruan tinggi dapat mengembangkan metode-metode ilmiah dengan mengacu pada makalah ini, makalah ini hanyalaha sebagian kecil dari sebuah pengetahuan, bila hanya mengikuti referensi yang terbatas ini maka akan sulit untuk berkembang
4.      Untuk Pembaca
          Dengan adanya makalah ini diharapkan masyarakat dapat belajar dari kasus yang kami berikan agar tidak terjadi hal yang demikian khususnya bagi yang menjadi orang tua.



























DAFTAR PUSTAKA

Gerald Corey. “Teori dan Praktek Konseli dan Psikoterapi”. PT. ERESCO             BANDUNG. Bandung. 1995.
Matt Jarvis. “Teori-teori Psikologi”. NUSA MEDIA. Bandung. 2011.
W.S. Winkel, Sri Hastuti. “Bimbingan dan Konseli di Institusi Pendidikan”.           MEDIA ABADI. Yogyakarta. 2006.
P. de Blot SJ. “Analisis Transaksional”. GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA.         Jakarta. 1992